Kisah inspiratif dan inovatif datang dari seorang mahasiswa asal Dusun Gludug Desa Ariyojeding, Muhammad Daimil Asfa, mahasiswa semester akhir Jurusan Manajemen Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar. Di sela-sela waktunya kuliah, pemuda yang akrab disapa Daim ini sukses menjalankan bisnis keripik telur yang dirintisnya sejak tahun 2018 lalu.
Dari namanya mungkin keripik telur terdengar unik dan belum begitu familiar di pasaran. Berawal dari keprihatinan Daim melihat peternak ayam di Desa Ariyojeding, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, yang mengalami kerugian karena harga jual telur anjlok dan harga pakan yang semakin naik. Hal itulah yang mebuat Daim terinspirasi dan mencoba bereksperimen dengan membuat keripik telur tersebut. Telur yang memiliki tekstur cair diubah menjadi keripik yang renyah dan memiliki berbagai varian rasa.
“Ide membuat keripik telur ini awalnya saya coba-coba sekitar setahun lalu. Yang ternyata bisa menjadi makanan ringan yang nikmat dan lezat. Apalagi sekarang banyak diminati banyak orang,” ungkapnya.
“Di Desa Ariyojeding mayoritas penduduk berprofesi sebagai peternak ayam petelur. Dari hal tersebut, saya menangkap suatu peluang di mana telur yang jumlahnya sangat banyak itu ternyata dapat kita olah sehingga memiliki nilai jual yang semakin tinggi. Saya mempunyai ide membuat keripik yang terbuat dari telur,” ungkap Daim.
Ia menjelaskan, bahan utama telur ayam yang masih mentah dicampur terlebih dahulu antara putih telur dan kuning telur. Kemudian diolah dengan campuran tepung terigu dan tepung tapioka. Barulah telur itu dicampur dengan rempah-rempah dengan bumbu seperti bawang bawang putih garam penyedap rasa dan lain-lain.
“Kita tambahin sedikit tepung untuk mendapatkan crispy, kira-kira komposisinya 30 persen tepung yang 70 persen telur. Kemudian digoreng, tetapi tidak bisa sekali kering. Setelah itu kita oven untuk memperoleh tekstur keripik kering dan rasa crispy. Proses selanjutnya keripik dimasukkan ke dalam spinner untuk meniriskan minyak, lalu keripik telur siap untuk diberi bumbu,” jelasnya.
Setelah proses penirisan, selanjutnya Daim menambahkan bumbu untuk memperkaya cita rasa keripik telur buatannya. Ada enam varian rasa keripik telur buatannya. Mulai barbeque, ayam bakar, jagung bakar, pedas, original dan sapi panggang.
Untuk memasarkan keripik telur buatannya, Daim mengemasnya dengan bungkus yang menarik dengan label ‘Bontot Egg Chips’. Harganya pun cukup murah. Per bungkus Egg Chips dibanderol dengan harga mulai 11 ribu hingga 30 ribu rupiah sesuai berat isinya.
Untuk menjalankan usahanya berbisnis keripik telur ini, Daim dibantu dua karyawan produksi dan pengemasan. Sedangkan pemasarannya pun hanya melalui getok tular atau dari mulut ke mulut dan secara online melalui media sosial. Dengan marketing secara online keripik Bontot ini mulai dikenal di seluruh Indonesia, bahkan sudah merambah konsumen dari luar negeri.
“Jadi, melalui media sosial itu, kami bisa mudah memasarkan produk kami karena memang sasaran snack seperti ini tentu anak-anak muda. Ya untuk camilan ataupun makanan ringan untuk teman nongkrong. Melalui penjualan produk saya ini, alhamdulillah bisa untuk membantu untuk membiayai kuliah saya,” ungkap Daim.
Atas keberhasilannya ini Muhammad Daimil Asfa tercatat sebagai mahasiswa terinovatif dan berhasil meraih penghargaan khusus sebagai Creative Entrepreneur dari UNISBA Blitar.